HALAMAN PENGESAHAN
Laporan lengkap praktikum Kimia Analisis Instrumen
dengan judul “Konduktometri” disusun oleh :
Nama : Syamsumarlin
N I M : 081304061
Kelas : A
Kelompok : 1
Telah
diperiksa oleh asisten dan coordinator asisten dan dinyatakan diterima.
Makassar, Januari 2011
Koordinator Asisten Asisten
Ilham Nur Iman Lukman
Mengetahui,
Dosen
Penanggung Jawab
Maryono, S.Si.,
M,Si., Apt., M.M.
A. Judul Percobaan
Konduktometri
B. Tujuan Percobaan
Untuk
mengetahui daya hantar listrik suatu larutan.
C. Landasan Teori
Titrasi
konduktometri merupakan metode analisa kuantitatif yang didasarkan pada
perbedaan harga konduktansi masing-masing ion. Dalam konduktometri diperlukan
sel konduktometrinya, yaitu alat mengukur tahanan sel. Namun titrasi ini kurang
bermanfaat untuk larutan dengan konsentrasi ionik yang terlalu tinggi
(Muizliana, 2010).
Konduktometri
merupakan metode analisis kimia berdasarkan daya hantar listrik suatu larutan.
Daya hantar listrik (G) suatu larutan bergantung pada jenis dan konsentrasi ion
di dalam larutan. Daya hantar listrik berhubungan dengan pergerakan suatu ion
di dalam larutan ion yang mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik yang
besar. Daya hantar listrik (G) merupakan kebalikan dari tahanan ®, sehingga
daya hantar listrik mempunyai satuan ohm-1. Bila arus listrik
dialirkan ke dalam suatu larutan melalui dua electrode, maka daya hantar
listrik (G) berbanding lurus dengan luas bidang luas bidang electrode, maka
daya hantar listrik (G) berbanding lurus dengan luas bidang electrode (A) dan
berbanding terbalik dengan jarak kedua electrode (l). jadi,
Dimana k adalah daya
hantar jenis dalam satuan ohm-1cm-1 (Tim Dosen Kimia
Analitik, 2010).
Biasanya
konduktometri merupakan prosesur titrasi, sedangkan konduktometri bukanlah
prosedur titrasi. Metode konduktasi dapat digunakan untuk mengikuti reaksi
titrasi jika perbedaan antara konduktasi cukup besar sebelum dan sesudah
penambahan reagen. Tetapan sel harus diketahui. Berarti selama pengukuran yang
berturut-turut jarak elektroda harus tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan
hantarannya tidak berfungsi secara linear dengan konsentrasi (Khopkar, 2008).
Titrasi
konduktometri sangat berguna bila hantaran sebelum dan sesudah reaksi cukup banyak
berbeda. Metode ini kurang bermanfaat untuk larutan dengan konsentrasi ionic
terlalu tinggi, misalkan titrasi Fe3+ dengan KMnO4,
dimana perubahan hantaran sebelum dan sesudah titik ekivalen terlalu kecil
dibandingkan besarnya konduktasi total (Khopkar, 2008).
Larutan ada dua jenis yaitu
larutan elektrolit dan nonelektrolit. Larutan elektrolit sering kali
diklasifikasikan berdasarkan kemampuannya dalam menghantarkan arus listrik
digolongkan ke dalam elektrolit kuat, dan elektrolit lemah. Elektrolit kuat
adalah suatu senyawa bila dilarutkan dalam pelarut (misalnya air) akan
menghasilkan larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan baik.
Sedangkan, elektrolit lemah adalah elektrolit yang sifat penghantaran
listriknya buruk. Suatu elektrolit dapat berupa asam, basa, dan garam (Scribd,
2010).
Konduktivitas
suatu larutan elektrolit pada setiap temperatur hanya bergantung pada ion-ion
yang ada, dan konsentrasi ion-ion tersebut. Bila larutan suatu elektrolit
diencerkan, konduktivitas akan turun karena lebih sedikit ion berada per cm3
larutan untuk membawa arus. Jika semua larutan itu ditaruh antara dua elektrode
yang terpisah 1 cm satu sama lain dan cukup besar untuk mencakup seluruh
larutan, konduktans akan naik selagi larutan diencerkan. Ini sebagian besar
disebabkan oleh berkurangnya efek-efek antar-ionik untuk elektrolit-elektrolit
kuat oleh kenaikan derajat disosiasi untuk elektrolit-elektrolit lemah
(Muizliana, 2010).
Untuk
elektrolit kuat, nilai batas dari konduktivitas molar, Ao, dapat
ditentukan dengan meneruskan pengukuran sampai konsentrasi-konsentrasi rendah
dan lalu meng-ekstrapolasi grafik antara konduktivitas terhadap konsentrasi,
sampai ke konsentrasi nol. Untuk elektrolit lemah seperti asam asetat dan
ammonia metode ini tidak dapat digunakan, karena disosiasinya adalah jauh dari
sempurna pada konsentrasi terendah yang dapat diukur dengan baik (~10-14
M). Namun, konduktans batas ini bisa juga dihitung atas dasar hokum
migrasi tak bergantung (independen) dari ion (Svehla, 1990).
Aliran listrik dalam suatu
elektrolit akan memenuhi hukum Ohm, yang menyatakan bahwa: besarnya arus
listrik (I ampere) yang mengalir
melalui larutan sama dengan perbedaan potensial (V volt) dibagi dengan tahanan (R
ohm). Secara matematika hukum Ohm akan dapat ditulis sebagai
(Scribd,
2010).
Tahanan,
R, dari suatu penghantar listrik berbanding lurus dengan panjangnya, l, dan
berbanding terbalik dengan luas penampangnya, A
Dengan
r,
tahanan jenis. Jika R dinyatakan dalam ohm (W),
l dalam meter (m) dan A dalam m2, maka satuan dari r
adalah Wm
(Ahmad, 2001).
Menurut
Scribd (2010), Besarnya daya hantar bergantung pada beberapa faktor, antara lain:
1.
Jumlah partikel-partikel bermuatan dalam larutan
{(+)&(-)}
2.
Jenis ion yang ada
3.
Mobilitas ion
4.
Media/pelarutnya
5.
Suhu
6.
Gaya tarik menarik ion (+) dan (-)
7.
Jarak elektroda
D. Alat dan Bahan
a)
Alat
1)
Konduktometer
2)
Gelas piala 250 mL
3)
Pipet volume 25 mL
4)
Erlenmeyer 250 mL
5)
Buret 50 mL
6)
Magnetik stirer
b)
Bahan
1)
Larutan NaOH 0,1 M
2)
Larutan HCl 0,1 M
E. Cara Kerja
1.
Menyiapkan konduktometer
dengan sumber arus
2.
Memipet 25 mL HCl ke
dalam Erlenmeyer
3.
Mengukur daya
hantarnya dengan menggunakan konduktometer yang telah disiapkan tersebut
4.
Mencatat konduktans
yang ditunjukkan oleh alat yang telah disiapkan tersebut
5.
Melakukan titrasi dengan
larutan NaOH 0,1 M dan setiap penambahan 3 mL, mencatat perubahan konduktans
dari larutan ang diukur
6.
Melakukan titrasi
sampai volume NaOH sekitar 50 mL
7.
Membuat kurva dengan
memplot nilai konduktans vs volume NaOH
8.
Menentukan titik ekivalennya
F.
Hasil
Pengamatan
Volume
NaOH
|
Daya Hantar (ms)
|
0
|
19,9
|
3
|
20,0
|
9
|
16,4
|
12
|
15,6
|
15
|
13,7
|
18
|
11,8
|
21
|
10,2
|
24
|
7,48
|
27
|
6,47
|
30
|
5,52
|
33
|
4,61
|
36
|
3,76
|
39
|
3,86
|
42
|
4,15
|
45
|
4,41
|
48
|
4,67
|
G. Analisis Data
Dik : lo
H+ = 349,8
lo
Cl- = 349,8
V HCl = 25 mL
V TE = 24 mL
M HCl = 0,1 M
Dit
: sampai = …….?
Peny :
(lo
H+ + lo
Cl-)
1.
n HCl = VHCl
x [HCl]
= 25
mL x 0,1 M
= 2,5
mmol
Vtot = 25
mL +
0 mL
= 25
mL
C1 = 0,1
M
(lo
H+ + lo
Cl-)
(349,8 + 76,3)
= 0,044
ohm-1
2.
n HCl = VHCl
x [HCl]
= 25
mL x 0,1 M
= 2,5
mmol
Vtot = 25
mL +
3 mL
= 28
mL
C2 =
0,0893 M
(lo
H+ + lo
Cl-)
(349,8 + 76,3)
= 0,0396
ohm-1
3.
n HCl = VHCl
x [HCl]
= 25
mL x 0,1 M
= 2,5
mmol
Vtot = 28
mL +
3 mL
= 31
mL
C3 =
0,0806 M
(lo
H+ + lo
Cl-)
(349,8 + 76,3)
= 0,0357
ohm-1
4.
n HCl = VHCl
x [HCl]
= 25
mL x 0,1 M
= 2,5
mmol
Vtot = 31
mL +
3 mL
= 34
mL
C4 = 0,0735
M
(lo
H+ + lo
Cl-)
(349,8 + 76,3)
= 0,0326
ohm-1
5.
n HCl = VHCl
x [HCl]
= 25
mL x 0,1 M
= 2,5
mmol
Vtot = 34
mL +
3 mL
= 37
mL
C1 =
0,0675 M
(lo
H+ + lo
Cl-)
(349,8 + 76,3)
= 0,0299
ohm-1
6.
n HCl = VHCl
x [HCl]
= 25
mL x 0,1 M
= 2,5
mmol
Vtot = 37
mL +
3 mL
= 40
mL
C6 =
0,0625 M
(lo
H+ + lo
Cl-)
(349,8 + 76,3)
= 0,0277
ohm-1
7.
n HCl = VHCl
x [HCl]
= 25
mL x 0,1 M
= 2,5
mmol
Vtot = 40
mL + 3 mL
= 43
mL
C7 =
0,05814 M
(lo
H+ + lo
Cl-)
(349,8 + 76,3)
= 0,0258
ohm-1
8.
n HCl = VHCl
x [HCl]
= 25
mL x 0,1 M
= 2,5
mmol
Vtot = 43
mL +
3 mL
= 46
mL
C8 =
0,0543 M
(lo
H+ + lo
Cl-)
(349,8 + 76,3)
= 0,0241
ohm-1
9.
n HCl = VHCl
x [HCl]
= 25
mL x 0,1 M
= 2,5
mmol
Vtot = 46
mL +
3 mL
= 49
mL
C9 = 0,0510
M
(lo
H+ + lo
Cl-)
(349,8 + 76,3)
= 0,0226
ohm-1
10.
n HCl = VHCl
x [HCl]
= 25
mL x 0,1 M
= 2,5
mmol
Vtot = 49
mL +
3 mL
= 52
mL
C10 = 0,0481
M
(lo
H+ + lo
Cl-)
(349,8 + 76,3)
= 0,0213
ohm-1
11.
n HCl = VHCl
x [HCl]
= 25
mL x 0,1 M
= 2,5
mmol
Vtot = 52
mL +
3 mL
= 55
mL
C11 =
0,04545 M
(lo
H+ + lo
Cl-)
(349,8 + 76,3)
= 0,0202
ohm-1
12.
n HCl = VHCl
x [HCl]
= 25
mL x 0,1 M
= 2,5
mmol
Vtot = 55
mL +
3 mL
= 58
mL
C12 =
0,0431 M
(lo
H+ + lo
Cl-)
(349,8 + 76,3)
= 0,0191 ohm-1
13.
n HCl = VHCl
x [HCl]
= 25
mL x 0,1 M
= 2,5
mmol
Vtot = 58
mL +
3 mL
= 61
mL
C13 = 0,0409
M
(lo
H+ + lo
Cl-)
(349,8 + 76,3)
= 0,0182
ohm-1
14.
n HCl = VHCl
x [HCl]
= 25
mL x 0,1 M
= 2,5
mmol
Vtot = 61
mL +
3 mL
= 64
mL
C14 = 0,0390
M
(lo
H+ + lo
Cl-)
(349,8 + 76,3)
= 0,01793
ohm-1
15.
n HCl = VHCl
x [HCl]
= 25
mL x 0,1 M
= 2,5
mmol
Vtot = 64
mL +
3 mL
= 67
mL
C15 =
0,0373 M
(lo
H+ + lo
Cl-)
(349,8 + 76,3)
= 0,0165
ohm-1
16.
n HCl = VHCl
x [HCl]
= 25
mL x 0,1 M
= 2,5
mmol
Vtot = 67
mL +
3 mL
= 70
mL
C16 = 0,0357
M
(lo
H+ + lo
Cl-)
(349,8 + 76,3)
= 0,0158
ohm-1
17.
n HCl = VHCl
x [HCl]
= 25
mL x 0,1 M
= 2,5
mmol
Vtot = 70
mL +
3 mL
= 73
mL
C17 =
0,0343 M
(lo
H+ + lo
Cl-)
(349,8 + 76,3)
= 0,0152
ohm-1
GRAFIK HUBUNGAN
VOLUME NaOH DAN KONDUKTANS
H. Pembahasan
Percobaan
ini bertujuan untuk mengetahui daya hantar listrik suatu larutan. Konduktivitas
suatu larutan elektrolit bergantung pada ion-ion yang ada dalam konsentrasinya.
Pada percobaan ini, sel konduktansi dibilas dengan aquades agar alat yang
digunakan bebas dari ion-ion yang mengganggu serta untuk menetralkan alat
sehingga tidak dipengaruhi oleh pengukuran sebelumnya.
Pada
percobaan ini, dilakukan penentuan titik ekuivalen antara larutan HCl dan
larutan NaOH dimana kedua larutan ini, merupakan penghantar listrik yang baik.
Setiap
proses titrasi, (penambahan NaOH 3 mL) dilakukan proses pengadukan dengan
magnetik stirer. Hal ini dilakukan agar dapat mengoptimalkan kemampuan daya
hantar listriksehingga ionnya dapat menyebar merata.
Dari
hasil pengamatan diperoleh konduktans larutan semakin kecil dan saat volume
NaOH yang ditambahkan sebanyak 39 mL, terjadi kenaikan konduktans yang menandai
tercapainya titik ekivalen.Daya hantar listrik menurun sampai titik ekivalen
tercapai karena jumlah H+ dalam larutan semakin berkurang sedangkan daya hantar OH- bertambah
setelah titik ekivalen (TE) tercapai karena jumlah OH- dalam larutan
bertambah.
Menurut
teori, titik ekivalen (TE) tercapai pada volume 24 mL. Sedangkan dari hasil
percobaan diperoleh titik ekivalen (TE) pada volume 39 mL. Perbedaan ini dapat
terjadi akibat beberap faktor yaitu kualitas bahan yang digunakan, maupun suhu
ruangan saat proses percobaan dilakukan.
I.
Kesimpulan
dan Saran
1.
Kesimpulan
Dari hasil
percobaan ini dapat disimpulkan bahwa titik ekivalen daya hantar listrk larutan
sebesar 3 mL.
2.
Saran
Sebaiknya
lebih teliti dan hati-hati dalam melakukan percobaan agar diperoleh hasil yang
maksimal.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad, Hiskia. 2001. Kimia Larutan. Bandung : PT. Cipta Aditya Bakti.
Khopkar, S.M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press.
Muizliana,
Choir. 2010. Percobaan 5 Konduktometri.
Http://choalialmu89.blogspot.com/2010/10/percobaan5konduktometri.html diakses pada 26 Desember 2010.
Scribd.
2010. Sekilas Tentang Konduktometri. Http://www.scribd.com/doc/5006057/konduktometri
diakses pada 26 Desember 2010.
Svehla,
G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganuik
Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta : PT Kalman Media Pustaka.
Tim Dosen Kimia Analitik. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Analisis Instrumen.
Makassar : Laboratorium Kimia, FMIPA, UNM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar