Minggu, 10 Februari 2013

Laporan praktikum Konduktometri



HALAMAN PENGESAHAN
Laporan lengkap praktikum Kimia Analisis Instrumen dengan judul “Konduktometri” disusun oleh :
Nama           :  Syamsumarlin
N I M           :  081304061
Kelas           :  A
Kelompok  :  1
Telah diperiksa oleh asisten dan coordinator asisten dan dinyatakan diterima.

Makassar,     Januari 2011
Koordinator Asisten                                                            Asisten

     Ilham Nur Iman                                                               Lukman
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Maryono, S.Si., M,Si., Apt., M.M.


A.      Judul Percobaan
Konduktometri

B.       Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui daya hantar listrik suatu larutan.

C.      Landasan Teori
Titrasi konduktometri merupakan metode analisa kuantitatif yang didasarkan pada perbedaan harga konduktansi masing-masing ion. Dalam konduktometri diperlukan sel konduktometrinya, yaitu alat mengukur tahanan sel. Namun titrasi ini kurang bermanfaat untuk larutan dengan konsentrasi ionik yang terlalu tinggi (Muizliana, 2010).
Konduktometri merupakan metode analisis kimia berdasarkan daya hantar listrik suatu larutan. Daya hantar listrik (G) suatu larutan bergantung pada jenis dan konsentrasi ion di dalam larutan. Daya hantar listrik berhubungan dengan pergerakan suatu ion di dalam larutan ion yang mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar. Daya hantar listrik (G) merupakan kebalikan dari tahanan ®, sehingga daya hantar listrik mempunyai satuan ohm-1. Bila arus listrik dialirkan ke dalam suatu larutan melalui dua electrode, maka daya hantar listrik (G) berbanding lurus dengan luas bidang luas bidang electrode, maka daya hantar listrik (G) berbanding lurus dengan luas bidang electrode (A) dan berbanding terbalik dengan jarak kedua electrode (l). jadi,
Dimana k adalah daya hantar jenis dalam satuan ohm-1cm-1 (Tim Dosen Kimia Analitik, 2010).
Biasanya konduktometri merupakan prosesur titrasi, sedangkan konduktometri bukanlah prosedur titrasi. Metode konduktasi dapat digunakan untuk mengikuti reaksi titrasi jika perbedaan antara konduktasi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan reagen. Tetapan sel harus diketahui. Berarti selama pengukuran yang berturut-turut jarak elektroda harus tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan hantarannya tidak berfungsi secara linear dengan konsentrasi (Khopkar, 2008).
Titrasi konduktometri sangat berguna bila hantaran sebelum dan sesudah reaksi cukup banyak berbeda. Metode ini kurang bermanfaat untuk larutan dengan konsentrasi ionic terlalu tinggi, misalkan titrasi Fe3+ dengan KMnO4, dimana perubahan hantaran sebelum dan sesudah titik ekivalen terlalu kecil dibandingkan besarnya konduktasi total (Khopkar, 2008).
Larutan ada dua jenis yaitu larutan elektrolit dan nonelektrolit. Larutan elektrolit sering kali diklasifikasikan berdasarkan kemampuannya dalam menghantarkan arus listrik digolongkan ke dalam elektrolit kuat, dan elektrolit lemah. Elektrolit kuat adalah suatu senyawa bila dilarutkan dalam pelarut (misalnya air) akan menghasilkan larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan baik. Sedangkan, elektrolit lemah adalah elektrolit yang sifat penghantaran listriknya buruk. Suatu elektrolit dapat berupa asam, basa, dan garam (Scribd, 2010).
Konduktivitas suatu larutan elektrolit pada setiap temperatur hanya bergantung pada ion-ion yang ada, dan konsentrasi ion-ion tersebut. Bila larutan suatu elektrolit diencerkan, konduktivitas akan turun karena lebih sedikit ion berada per cm3 larutan untuk membawa arus. Jika semua larutan itu ditaruh antara dua elektrode yang terpisah 1 cm satu sama lain dan cukup besar untuk mencakup seluruh larutan, konduktans akan naik selagi larutan diencerkan. Ini sebagian besar disebabkan oleh berkurangnya efek-efek antar-ionik untuk elektrolit-elektrolit kuat oleh kenaikan derajat disosiasi untuk elektrolit-elektrolit lemah (Muizliana, 2010).
Untuk elektrolit kuat, nilai batas dari konduktivitas molar, Ao, dapat ditentukan dengan meneruskan pengukuran sampai konsentrasi-konsentrasi rendah dan lalu meng-ekstrapolasi grafik antara konduktivitas terhadap konsentrasi, sampai ke konsentrasi nol. Untuk elektrolit lemah seperti asam asetat dan ammonia metode ini tidak dapat digunakan, karena disosiasinya adalah jauh dari sempurna pada konsentrasi terendah yang dapat diukur dengan baik (~10-14 M). Namun, konduktans batas ini bisa juga dihitung atas dasar hokum migrasi tak bergantung (independen) dari ion (Svehla, 1990).
Aliran listrik dalam suatu elektrolit akan memenuhi hukum Ohm, yang menyatakan bahwa: besarnya arus listrik (I ampere) yang mengalir melalui larutan sama dengan perbedaan potensial (V volt) dibagi dengan tahanan (R ohm). Secara matematika hukum Ohm akan dapat ditulis sebagai
(Scribd, 2010).
Tahanan, R, dari suatu penghantar listrik berbanding lurus dengan panjangnya, l, dan berbanding terbalik dengan luas penampangnya, A
Dengan r, tahanan jenis. Jika R dinyatakan dalam ohm (W), l dalam meter (m) dan A dalam m2, maka satuan dari r adalah Wm (Ahmad, 2001).
Menurut Scribd (2010), Besarnya daya hantar bergantung pada beberapa faktor, antara lain:
1.        Jumlah partikel-partikel bermuatan dalam larutan {(+)&(-)}
2.        Jenis ion yang ada
3.        Mobilitas ion
4.        Media/pelarutnya
5.        Suhu
6.        Gaya tarik menarik ion (+) dan (-)
7.        Jarak elektroda

D.      Alat dan Bahan
a)        Alat
1)        Konduktometer
2)        Gelas piala 250 mL
3)        Pipet volume 25 mL
4)        Erlenmeyer 250 mL
5)        Buret 50 mL
6)        Magnetik stirer
b)       Bahan
1)        Larutan NaOH 0,1 M
2)        Larutan HCl 0,1 M

E.       Cara Kerja
1.        Menyiapkan konduktometer dengan sumber arus
2.        Memipet 25 mL HCl ke dalam Erlenmeyer
3.        Mengukur daya hantarnya dengan menggunakan konduktometer yang telah disiapkan tersebut
4.        Mencatat konduktans yang ditunjukkan oleh alat yang telah disiapkan tersebut
5.        Melakukan titrasi dengan larutan NaOH 0,1 M dan setiap penambahan 3 mL, mencatat perubahan konduktans dari larutan ang diukur
6.        Melakukan titrasi sampai volume NaOH sekitar 50 mL
7.        Membuat kurva dengan memplot nilai konduktans vs volume NaOH
8.        Menentukan titik ekivalennya

F.        Hasil Pengamatan
Volume NaOH
Daya Hantar (ms)
0
19,9
3
20,0
9
16,4
12
15,6
15
13,7
18
11,8
21
10,2
24
7,48
27
6,47
30
5,52
33
4,61
36
3,76
39
3,86
42
4,15
45
4,41
48
4,67

G.      Analisis Data
Dik        :    lo H+        =   349,8
                   lo Cl-       =   349,8
                   V HCl     =   25 mL
                   V TE        =   24 mL
                   M HCl     =   0,1 M
Dit         :     sampai  = …….?
Peny     :
(lo H+ + lo Cl-)

1.        n HCl    =   VHCl x [HCl]
              =   25 mL x 0,1 M
              =   2,5 mmol
Vtot        =   25 mL  +  0 mL
              =   25 mL
C1            =  0,1 M
           (lo H+ + lo Cl-)
              (349,8  +  76,3)
              =   0,044 ohm-1
2.        n HCl    =   VHCl x [HCl]
              =   25 mL x 0,1 M
              =   2,5 mmol
Vtot        =   25 mL  +  3 mL
              =   28 mL
C2            =  0,0893 M
           (lo H+ + lo Cl-)
              (349,8  +  76,3)
              =   0,0396 ohm-1
3.        n HCl    =   VHCl x [HCl]
              =   25 mL x 0,1 M
              =   2,5 mmol
Vtot        =   28 mL  +  3 mL
              =   31 mL
C3            =  0,0806 M
           (lo H+ + lo Cl-)
              (349,8  +  76,3)
              =   0,0357 ohm-1
4.        n HCl    =   VHCl x [HCl]
              =   25 mL x 0,1 M
              =   2,5 mmol
Vtot        =   31 mL  +  3 mL
              =   34 mL
C4            =  0,0735 M
           (lo H+ + lo Cl-)
              (349,8  +  76,3)
              =   0,0326 ohm-1
5.        n HCl    =   VHCl x [HCl]
              =   25 mL x 0,1 M
              =   2,5 mmol
Vtot        =   34 mL  +  3 mL
              =   37 mL
C1            =  0,0675 M
           (lo H+ + lo Cl-)
              (349,8  +  76,3)
              =   0,0299 ohm-1
6.        n HCl    =   VHCl x [HCl]
              =   25 mL x 0,1 M
              =   2,5 mmol
Vtot        =   37 mL  +  3 mL
              =   40 mL
C6            =  0,0625 M
           (lo H+ + lo Cl-)
              (349,8  +  76,3)
              =   0,0277 ohm-1
7.        n HCl    =   VHCl x [HCl]
              =   25 mL x 0,1 M
              =   2,5 mmol
Vtot        =   40 mL  +  3 mL
              =   43 mL
C7            =  0,05814 M
           (lo H+ + lo Cl-)
              (349,8  +  76,3)
              =   0,0258 ohm-1
8.        n HCl    =   VHCl x [HCl]
              =   25 mL x 0,1 M
              =   2,5 mmol
Vtot        =   43 mL  +  3 mL
              =   46 mL
C8            =  0,0543 M
           (lo H+ + lo Cl-)
              (349,8  +  76,3)
              =   0,0241 ohm-1
9.        n HCl    =   VHCl x [HCl]
              =   25 mL x 0,1 M
              =   2,5 mmol
Vtot        =   46 mL  +  3 mL
              =   49 mL
C9            =  0,0510 M
           (lo H+ + lo Cl-)
              (349,8  +  76,3)
              =   0,0226 ohm-1
10.    n HCl    =   VHCl x [HCl]
              =   25 mL x 0,1 M
              =   2,5 mmol
Vtot        =   49 mL  +  3 mL
              =   52 mL
C10           =  0,0481 M
         (lo H+ + lo Cl-)
              (349,8  +  76,3)
              =   0,0213 ohm-1
11.    n HCl    =   VHCl x [HCl]
              =   25 mL x 0,1 M
              =   2,5 mmol
Vtot        =   52 mL  +  3 mL
              =   55 mL
C11           =  0,04545 M
         (lo H+ + lo Cl-)
              (349,8  +  76,3)
              =   0,0202 ohm-1
12.    n HCl    =   VHCl x [HCl]
              =   25 mL x 0,1 M
              =   2,5 mmol
Vtot        =   55 mL  +  3 mL
              =   58 mL
C12           =  0,0431 M
         (lo H+ + lo Cl-)
              (349,8  +  76,3)
              =   0,0191 ohm-1
13.    n HCl    =   VHCl x [HCl]
              =   25 mL x 0,1 M
              =   2,5 mmol
Vtot        =   58 mL  +  3 mL
              =   61 mL
C13           =  0,0409 M
         (lo H+ + lo Cl-)
              (349,8  +  76,3)
              =   0,0182 ohm-1
14.    n HCl    =   VHCl x [HCl]
              =   25 mL x 0,1 M
              =   2,5 mmol
Vtot        =   61 mL  +  3 mL
              =   64 mL
C14           =  0,0390 M
         (lo H+ + lo Cl-)
              (349,8  +  76,3)
              =   0,01793 ohm-1
15.    n HCl    =   VHCl x [HCl]
              =   25 mL x 0,1 M
              =   2,5 mmol
Vtot        =   64 mL  +  3 mL
              =   67 mL
C15           =  0,0373 M
         (lo H+ + lo Cl-)
              (349,8  +  76,3)
              =   0,0165 ohm-1
16.    n HCl    =   VHCl x [HCl]
              =   25 mL x 0,1 M
              =   2,5 mmol
Vtot        =   67 mL  +  3 mL
              =   70 mL
C16           =  0,0357 M
         (lo H+ + lo Cl-)
              (349,8  +  76,3)
              =   0,0158 ohm-1
17.    n HCl    =   VHCl x [HCl]
              =   25 mL x 0,1 M
              =   2,5 mmol
Vtot        =   70 mL  +  3 mL
              =   73 mL
C17           =  0,0343 M
         (lo H+ + lo Cl-)
              (349,8  +  76,3)
              =   0,0152 ohm-1








GRAFIK HUBUNGAN VOLUME NaOH DAN KONDUKTANS

H.      Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui daya hantar listrik suatu larutan. Konduktivitas suatu larutan elektrolit bergantung pada ion-ion yang ada dalam konsentrasinya. Pada percobaan ini, sel konduktansi dibilas dengan aquades agar alat yang digunakan bebas dari ion-ion yang mengganggu serta untuk menetralkan alat sehingga tidak dipengaruhi oleh pengukuran sebelumnya.
Pada percobaan ini, dilakukan penentuan titik ekuivalen antara larutan HCl dan larutan NaOH dimana kedua larutan ini, merupakan penghantar listrik yang baik.
Setiap proses titrasi, (penambahan NaOH 3 mL) dilakukan proses pengadukan dengan magnetik stirer. Hal ini dilakukan agar dapat mengoptimalkan kemampuan daya hantar listriksehingga ionnya dapat menyebar merata.
Dari hasil pengamatan diperoleh konduktans larutan semakin kecil dan saat volume NaOH yang ditambahkan sebanyak 39 mL, terjadi kenaikan konduktans yang menandai tercapainya titik ekivalen.Daya hantar listrik menurun sampai titik ekivalen tercapai karena jumlah H+ dalam larutan semakin berkurang  sedangkan daya hantar OH- bertambah setelah titik ekivalen (TE) tercapai karena jumlah OH- dalam larutan bertambah.
Menurut teori, titik ekivalen (TE) tercapai pada volume 24 mL. Sedangkan dari hasil percobaan diperoleh titik ekivalen (TE) pada volume 39 mL. Perbedaan ini dapat terjadi akibat beberap faktor yaitu kualitas bahan yang digunakan, maupun suhu ruangan saat proses percobaan dilakukan.

I.         Kesimpulan dan Saran
1.        Kesimpulan
Dari hasil percobaan ini dapat disimpulkan bahwa titik ekivalen daya hantar listrk larutan sebesar 3 mL.
2.        Saran
Sebaiknya lebih teliti dan hati-hati dalam melakukan percobaan agar diperoleh hasil yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Hiskia. 2001. Kimia Larutan. Bandung : PT. Cipta Aditya Bakti.
Khopkar, S.M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press.
Muizliana, Choir. 2010. Percobaan 5 Konduktometri. Http://choalialmu89.blogspot.com/2010/10/percobaan5konduktometri.html  diakses pada 26 Desember 2010.
Scribd. 2010. Sekilas Tentang Konduktometri. Http://www.scribd.com/doc/5006057/konduktometri diakses pada 26 Desember 2010.
Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganuik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta : PT Kalman Media Pustaka.
Tim Dosen Kimia Analitik. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Analisis Instrumen. Makassar : Laboratorium Kimia, FMIPA, UNM.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar